Wednesday, March 5, 2014

KERAJAAN-KERAJAAN DI MAROS


Perjanjian Bungaya 1667/1669 yang dilakukan antara Sultan Hasanuddin Raja Gowa XVI dengan Admiral Cornelis Spelman ternyata memberi dampak besar tidak saja bagi Kerajaan Gowa sebagai fihak yang dirugikan tetapi juga membiaskan pengaruh ke kerajaan lain termasuk kerajaan yang berada di sekitar Gowa antara lain Maros.
 
Maros yang pada awalnya hanya berdiri sebuah kerajaan yang berpusat di Pakere akhirnya mekar yang diakibatkan rasa kecewa banyak bangsawan/pangeran Kerajaan Gowa dan Bone terhadap hasil dan pengaruh yang ditimbulkan Perjanjian Bungaya bagi tatanan kenegaraan Kerajaan Gowa dan Bone, sebab pengaruh kekuasaan politik Belanda menjadi semakin dominan. Kompensasi kekecewaan mereka itu diwujudkan dalam bentuk hijrah meninggalkan kerajaannya mencari daerah baru yang bebas dan merdeka untuk dibuka dan dijadikan perkampungan tempat pemukiman bersama sanak keluarga dan pengikutnya yang setia.
Dengan demikian wilayah Maros sebagai daerah yang cukup luas dan potensial namun masih tertutup menjadi sasaran mereka dalam pencaharian daerah baru. Akhirnya lambat laun di Wilayah Maros berdiri perkampungan baru yang dibuka oleh pangeran/bangsawan dari Gowa dan Bone yang kemudian menjelma menjadi kerajaan-kerajaan berotonomi.
Para pangeran dan bangsawan yang membuka kerajaan-kerajaan itu mempunyai dalih dan sebab yang berbeda-beda dan kedatangannya membawa serta regelia/kalompoang yang menandakan ketinggian derajat sehingga memungkinkan untuk memperoleh pengakuan masyarakat asli agar segera mengakui kekuasaannya.
Dalam Perjanjian Bungaya, Maros ditetapkan sebagai daerah yang dikuasai langsung oleh Belanda (direct rule) sehingga bentuk-bentuk pemerintahan kerajaan-kerajaan yang berada di Maros diformulasikan dalam bentuk Regentschaap yang dipimpin oleh penguasa bangsawan lokal yang bergelar Regent (Bupati), demikian pula halnya dengan Kerajaan Maros warisan Karaeng LoE ri Pakere.
Dan untuk mengenang kerajaan yang didirikan oleh Karaeng LoE ri Pakere, maka akan kita patrikan raja-raja yang pernah mengendalikan pemerintahannya sampai terbentuknya kerajaan-kerajaan di sekitarnya, yaitu :
1. KaraEng LoE ri Pakere Manurunga ri Pakere
2. I Sang Aji Gaddong Batara Marusu
3. KaraEng LoE ri Marusu
4. I Mappasomba DaEng Nguraga Karaeng Patanana Langkana
5. I Yunnyi DaEng Mangemba Karaeng Tunikakkasang
6. Karaeng Angsakayai Binanga Marusu, Sultan Muhammad Adam
7. KaraeEngta Barasa, Sultan Muhammad Ali
8. I Yunusu DaEng Pasabbi, Sultan Muhammad Yunus
Pada akhirnya sekitar abad XVII di Wilayah Maros dan sekitarnya telah berdiri sekitar 8 buah kerajaan yang berotonom. Kerajaan-kerajaan itu adalah:

KERAJAAN SIMBANG

Wilayah Kerajaan Simbang tepat di antara Kerajaan Bone dan Gowa. Luasnya melingkupi 24 Kampung. Pertama kali berpusat di Sampakang.
Simbang didirikan sebagai sebuah kerajaan oleh La Sanrima DaEng Pabelo yang bergelar Baso Mallawati Ana’batta’na Gowa. Beliau ini adalah putera dari La Mappareppa Tosappewali Arung Palakka Karaeng Ana’moncong Sultan Ismail Tumenanga ri Somba Opu (Somba Gowa XX/Mangkau Bone XIX/Datu Soppeng XXII) dari istri bernama I Mira KaraEnga ri Gowa.
La Sanrima DaEng Pabelo meninggalkan negerinya Kerajaan Gowa akibat kekecewaan atas campur tangan Belanda terhadap suksesi pemerintahan Kerajaan Gowa dimana dirinya yang seharusnya naik tahta menggantikan ayahandanya tetapi oleh Belanda diserahkan kepada I Mappau’rangi Karaeng Boddia, akibat kekecewaaan ini sehingga Beliau keluar mendirikan Kerajaan Simbang pada sekitar tahun 1709.
Urut-urutan Raja yang memerintah Simbang sejak tahun 1709 - 1963 adalah :
1. La Sanrima Daeng Pabelo Baso Mallawati Ana Batta’na Gowa Karaeng Ammallia Butta
2. La Pajonjongi Karaeng Appakaluaraka Butta
3. La Pagala Daeng Masarro Karaeng Sabuka
4. La Sengka Daeng Nimalo Karaeng Kanjilo
5. La Rassang Karaeng Bukkuka
6. La Baso Daeng Ngitung Karaeng Cidutoa
(Pemerintahan dijalankan oleh Kare Daeng Manja Sullewatang Simbang)
7. La Sulaimana Daeng Masikki
(Pemerintahan dijalankan oleh Kare Daeng Sitoro Sullewatang Simbang)
8. La Dolo Daeng Patokkong Petta CorawaliE ri Makuring 
 (Pemerintahan dijalankan oleh Kare Daeng Mattari Sullewatang Simbang)
9. La Oemma Daeng Manrapi Karaeng Turikale Matinroa ri Bonto - muloro
10. Haji Andi Patahoeddin Daeng Paroempa Sullewatang Turikale
11. Andi Amiroeddin Daeng Pasolong Karaeng Co’bo-e
12. Haji Andi Siradjoeddin Daeng Maggading
Wilayah-wilayah yang menjadi daerah hukum Kerajaan Simbang sebanyak 24 kampung, yaitu sebagai yaitu Samanngi, Tanetea, Tana Takko, Bontobua, Nipa, Sege-segeri, Banyo, Bontokamase, SambuEja, Camba-camba, Rumbia, Allu, Bukkangmata, Tallasa, Bontopa’dinging, Pakalu, Garangtiga, Patte’ne, Sampakang, Batubassi, Pakere, Gantarang, Aloro, dan Bantimurung.
Pada tahun 1963, Simbang diubah bentuknya dari sebuah Kerajaan /Distrik Adat Gemenschaap menjadi sebuah Kecamatan dengan nama Kecamatan Bantimurung, dengan Camat I ialah Haji Andi Sirajuddin Daeng Maggading Karaeng Simbang XII.

KERAJAAN TANRALILI

Kerajaan Tanralili dibuka pertama kali oleh La Tenri Petta Tomarilaleng yang meninggalkan Kerajaan Bone karena tidak senang terhadap campur tangan Belanda yang teramat dominan dalam pemerintahan Kerajaan Bone.
La Tenri adalah putera dari La Tobala Petta Pakkinyarange Arung Tanete Ri Awang Jannang Bone. La Tenri memperistrikan I Manning Arung Petteng, puteri dari La Tenri Page Arung Tungke Arung Mampu, putera dari La Panuangi Towappamole Sultan Abdullah Mansyur (Mangkau Bone XX) Matinroe ri Beula.
Setelah mendirikan perkampungan Tanralili yang berpusat di Tompo’bulu, La Tenri lalu mengangkat puteranya La Mappaware Daeng Ngirate sebagai raja pertama, yaitu sekitar tahun 1711.
Urut-urutan raja yang memerintah Tanralili sejak tahun 1711 -1963 adalah sbb
1. La Mappaware Daeng Ngirate Batara Tanralili Matinroa ri Damma
2. I Daeng Tanralili Matinroa ri Masale
3. I Lele Daeng Rimoncong Matinroa ri Tallo
4. I Panjanggau Daeng Mamala Matinroa ri Solojirang
5. I Malluluang Daeng Manimbangi Matinroa ri Cidutoa
6. I Calla Daeng Mabbunga Karaeng Borong
7. I Fatahulla Daeng Mattayang
8. I Nyimpung Daeng Palallo
9. I ToE Daeng Pagajang Karaeng Ta’lea ri Bima
10. I Punruang Daeng Mangngati Matinroa ri Bengkalis
11. I Bura’ne Abdul Gani Daeng Manromo
12. Andi Nanggong Daeng Mattimu
13. Andi Abdullah Daeng Matutu
14. Haji Andi Badoeddin Daeng Manuntungi
Daerah-daerah yang menjadi wilayah hukum Tanralili meliputi wilayah pegunungan sekitar Kerajaan Gowa yang melingkupi 40 kampung, yaitu Biringkaloro, Ba’do-ba’do, Masale, Dulang, Sabantang, Kacici, Batangase, Pattontongang, Leko, Ba’do Ujung, Lekopancing, Makkaraeng, Pannasakkang, Baku, Pao-pao, Bontotangnga, Macinna, Amma’rang, Billa, Kaluku, Salu, Tokka, Baru, Bara, Damma, Sambotara, Bossolo, Bassikalling, Tanadidi, Tanete Pakku, Ujung Paku, Puca, Mangento, Kabbung, Matowa, Tanete Bulu, Cindakko, Massulangka, Batulotong dan Biringere.
Pada tahun 1963, Tanralili bersama Distrik Sudiang, Bira, MoncongloE dan Biringkanaya dilebur menjadi sebuah Kecamatan dengan nama Kecamatan Mandai. Pada tahun 1989 nama Tanralili kembali eksis ke permukaan sejarah setelah dijadikan sebagai sebuah Kecamatan Perwakilan yang selanjutnya saat ini menjadi sebuah kecamatan defenitif.

KERAJAAN MARUSU

Kerajaan Marusu merupakan Kerajaan tertua di Wilayah Maros, hanya dalam konteks ini Marusu tidak lagi dianggap sebagai Kerajaan yang dibentuk oleh Karaeng LoE ri Pakere sebab telah mengalami pergeseran wilayah yang teramat jauh demikian pula bentuk dan status pemerintahannya sangat berbeda dengan zaman Karaeng LoE ri Pakere dan pewarisnya yang berbentuk Kerajaan/Monarki absolut, tetapi Marusu disini adalah wilayah yang terbentuk sebagai Kerajaan Lokal, daerah protektorat Kerajaan Bone, pasca Perang Bone I kemudian selanjutnya menjadi Distrik Adat Gemenschap.
Pasca era KaraEng LoE ri Pakere, Marusu diperintah secara berurutan oleh :
1. La Mamma Daeng Marewa Tunibatta Matinroe ri Samanggi
2. La Tifu Daeng Mattana Matinroe ri Marusu
3. La Mappalewa Daeng Mattayang Matinroe ri Karaso
4. La Manyandari Daeng Paranreng Matinroe ri Campagae
5. La Mallawakkang Daeng Pawello Matinroe ri Kuri
6. La Surulla Daeng Palopo Tumenanga ri Bundu’na
7. I Mappasossong Daeng Pabundu Matinroe ri Kassikebo
8. I Pake Daeng Masiga Karaeng Ilanga Matinroa ri Masigi’na
9. Haji Abdul Hafid Daeng Ma’ronrong
10. Muhammad Tajuddin Daeng Masiga
Daerah-daerah yang menjadi wilayah hukum Marusu adalah melingkupi 34 kampung, yaitu Taipa, Baru-baru, Kaemba, Pampangan, Kanjitongang, Jawi-jawi, Kampala, Barambang, Allu, Kaluku, Manrimisi Marusu, Kuri Lompo, Kassikebo, Betang, Bentang, Marusu, Data, Palisi, Bontobiraeng, Bontomanai, Patte’ne, Pangkaje’ne, Lekoala, Tekolabbua, Matana, Bulu-bulu, Kalli-kalli, Mannuruki, Mambue, Bontokappong, Batiling, Leppakkomai, Mannaungi dan Satanggi

Pada tahun 1963 Marusu bersama Turikale, Lau dan Bontoa dilebur dengan nama Kecamatan Maros Baru, dengan Camat I ialah Muhammad Tajuddin Daeng Masiga Karaeng Marusu.

KERAJAAN BONTOA

Pada awalnya Bontoa bernama Tanetea setelah berdiri sebagai sebuah daerah berpemerintahan adat maka namanya diubah menjadi Bontoa.
Bontoa dibuka pertama kali oleh I Manjarrang, putera Karaeng Labbua Tali Bannanna Bangkala. I Manjarrang diperintahkan membuka perkampungan di Bontoa setelah mempersunting puteri Raja Gowa untuk dijadikan pemukiman bersama keluarga dan para pengikutnya.
Urut-urutan raja yang memerintah Bontoa sejak berdirinya hingga tahun 1963 adalah sebagai berikut :
1. I Manjarrang
2. I Manjuwarang
3. I Daeng Siutte
4. I Daeng Manguntungi
5. I Pakandi Daeng Massuro
6. I Pandima Daeng Malliongi
7. I Daeng Tumani
8. I Mangngaweang Daeng Mangalle
9. I Rego Daeng Mattiro
10. I Parewa Daeng Mamala
11. I Sondong Daeng Mattayang
12. I Bausa Daeng Sitaba Karaeng Tallasa
13. I Bambo Daeng Matekko Sullewatang Lau
14. I Radja Daeng Manai
15. Abdul Maula Intje Jalaluddin
16. I Radja Daeng Manai (ke-2 kalinya)
17. Andi Mamma Daeng Sisila
18. Andi Djipang Daeng Mambani
19. Haji Andi Mamma Daeng Sisila (ke-2 kalinya)
20. Andi Djipang Daeng Mambani (ke-2 kalinya)
21. Haji Andi Radja Daeng Nai Karaeng Loloa
22. Haji Andi Muhammad Yusuf Daeng Mangngawing
Wilayah hukum Bontoa melingkupi 16 kampung daerah pesisir pantai, sebelah Utara Marusu, yaitu Bontoa, Salenrang, Sikapaya, Balosi, Parasangang Beru, Panaikang, Batunapara, Tangnga Parang, Lempangang, Panjallingang, Ujung Bulu, Belang-belang, Suli-suli, Pannambungan, Mangemba dan Tala’mangape.

KERAJAAN LAU’

Lau' pada awalnya adalah sebuah daerah Kasullewatangan (kesultanan) yang dibentuk dalam tahun 1824 ketika pasukan Bone berhasil diusir dari wilayah Maros, oleh pemerintah Gubernemen membentuk empat daerah Kasullewatangan yaitu Lau’, Wara, Raya dan Timboro.
Yang menjadi Sullewatang Lau’ pertama adalah La Mattotorang PagelipuE Abdul Wahab Daeng Mamangung, putera dari La Mauraga Sultan Adam Datu Mario ri Wawo dari istri bernama Ince Jauhar Manikam I Denra Petta WaliE puteri dari Ince Abi Asdollah Dato’ Pabean, Bendahara Kerajaan Gowa.
Selanjutnya La Mattotorang Daeng Mamangung diangkat menjadi Regent/Karaeng Lau’ pertama ketika seluruh daerah pemerintahan adat di Maros dibentuk menjadi Regentschappen. Ketika wafat La Mattotorang Daeng Mamangung dimakamkan di Laleng Tedong sehingga diberi gelar anumerta Matinroe ri Laleng Tedong.
Urut-urutan raja yang memerintah Lau’ adalah sebagai berikut :
1. La Mattotorang Daeng Mamangung Matinroe ri Laleng Tedong
2. La Tenrowang Daeng Pasampa Matinroe ri Manrimisi
3. La Rombo Muhammad Saleh Daeng Lullu Matinroe ri Kassikebo
4. Andi Pappe Daeng Massikki
5. Andi Abdullah
Wilayah hukum Lau’ melingkupi 31 buah Kampung, yaitu Maccini Ayo, Lemo-lemo, Bontokadatto, Bontorea, Pute, Sampobia, Galaggara, Langkeang, Lopi-lopi, Tammate, Bulu’sipong, Tapieng, Pacelle, Pappandangang, Sengkalantang, Manrimisi Lau, Kalumpang, Balang-balang, Coppenge, Kacumpureng, Nipa, Jangka-jangkaE, Laleng Tedong, Campagae, Pandanga, Padaria, Binanga Sangkara, Mangara’bombang, Sabanga, Marana’ dan Kaddarobo’bo.

KERAJAAN TURIKALE

Wilayah Turikale pada awalnya hanya didiami segelintir manusia dengan cara hidup tidak menetap. Daerahnya pun masih merupakan hutan-hutan dan daerah persawahan. Sungai Maros melintas ditengahnya. Setelah Karaeng LoE ri Marusu (Raja Maros III) memindahkan pusat kerajaan dari Pakere ke Marusu, penduduk Pakere dan beberapa kampung di sekitarnya yang banyak penduduknya mulai berpindah mendekati pusat kerajaan yang baru membuka perkampungan dan pemukiman baru.
Putera Karaengta Barasa yang bernama Muhammad Yunus Daeng Pasabbi (Kare Yunusu), dikirim oleh ayahandanya mengikuti Pendidikan Tinggi Agama Islam di Bontoala. Dalam masa pendidikannya ia berkenalan dengan salah seorang putera Raja Tallo ( I Mappau’rangi Karaeng Boddia) yang bernama I Mappibare Daeng Mangiri. Persahabatan yang terjalin di antara mereka sangatlah akrab. Mereka berdua setiap ada kesempatan saling bertukar fikiran dan berdiskusi dalam banyak hal, baik menyangkut ketatanegaraan terlebih lagi ikhwal Agama Islam.
Setelah Karaengta Barasa mangkat, Muhammad Yunus Daeng Pasabbi naik tahta menggantikan ayahnya sebagai Raja Maros VIII.
Di masa pemerintahannya, beliau kemudian mengajaknya sahabatnya I Mappibare Daaeng Mangiri untuk menetap di Maros untuk bersama-sama memajukan agama Islam.
I Mappibare Daeng Mangiri ternyata tidak keberatan lalu menetaplah Ia di Maros dan kepadanya diberikan wilayah ini sebagai wilayah yang dikuasainya sekaligus sebagai tempat I Mappibare Daeng Mangiri melaksanakan kegiatan pengembangan Ilmu Agama Islam.
Perkampungan yang diberikan kepadanya itu diberi nama TURIKALE artinya Kerabat Dekat, untuk memberikan pertanda bahwa I Mappibare Daeng Mangiri yang diberi kuasa menempatinya adalah kerabat keluarga yang sangat akrab.
Maka jadilah Turikale yang tadinya sebuah perkampungan tidak bertuan menjadi wilayah yang teratur, sebab menjadi pusat pendidikan Agama Islam. Statusnya sebagai wilayah otorita pengembangan Islam tetap dipertahankan.
Turikale bukan sebagai wilayah hukum berpemerintahan melainkan kesannya lebih seperti sebuah daerah khusus istimewa.
I Mappibare Daeng Mangiri memperistrikan seorang puteri bangsawan Gowa bernama I Duppi Daeng Ma’lino dan setelah mangkat kepemimpinannya digantikan oleh puteranya bernama I Daeng Silassa.
I Daeng Silassa memperistrikan sanak keluarganya dari Gowa/Tallo yang bernama Habiba Daeng Matasa, yang melahirkan sepasang putera-puteri, yaitu I Lamo Daeng Ngiri dan I Tate Daeng Masiang.
I Lamo Daeng Ngiri ini sekitar tahun 1796 kemudian membuka babakan baru di Turikale setelah menjadikan Turikale tidak saja sebagai daerah pengembangan Agama Islam tetapi juga sebagai sebuah daerah berotonomi dan berpemerintahan sendiri. Hal ini tentu sangat memungkinkan bagi I Lamo Daeng Ngiri, sebab Turikale telah memiliki pengaruh yang sangat luas. Turikale kemudian diproklamirkan sebagai sebuah Kerajaan berpemerintahan sendiri yang lepas dari kekuasaan hukum kerajaan manapun juga.
Urut-urutan raja yang memerintah Turikale adalah:
1. I Lamo Daeng Ngiri (1796 - 1831)
2. Muhammad Yunus Daeng Mumang (1831 - 1859)
3. La Oemma Daeng Manrapi (1859 - 1872)
4. I Sanrima Daeng Parukka (1872 - 1882)
5. I Palaguna Daeng Marowa (1882 - 1817)
6. Andi Abdul Hamid Daeng Manessa (1917 - 1946)
7. Haji Andi Mapparessa Daeng Sitaba (1946 - 1959)
8. Andi Kamaruddin Syahban Daeng Mambani (1959 - 1963)
Wilayah-wilayah yang merupakan daerah hukum Turikale meliputi 43 kampung, yaitu Redaberu, Solojirang, Bontokapetta, Kasuwarang, Soreang, Bontocabu, Tambua, Kassijala, Pattalasang, Rea-rea, Manrimisi Turikale, Kuri Caddi, Sungguminasa, Data, Panaikang, Buttatoa, Tumalia, Baniaga, Maccopa, Kassi, Buloa, Sangieng (Tana Matoana Turikale), Pakalli, Bonti-bonti, Paranggi, Moncongbori, Mangngai, Manarang, Camba Jawa, Bunga Ejaya, Pa’jaiyang, Ammesangeng, Samariga, Leang-leang, Tompo’balang, Labuang, Karaso, Bonto Labbua, Tabbua, Balombong, Balanga, Tala’mangape dan Sanggalea.
Selanjutnya lahir Undang-undang Nomor 29 Tahun 1959 yang diberlakukan mulai tanggal 1 Juni 1963. Pada saat itu seluruh Kerajaan Lokal/Distrik Adat Gemenschaap termasuk Turikale dilebur. Turikale bersama dengan Marusu, Lau’ dan Bontoa dilebur menjadi sebuah kecamatan dengan nama Kecamatan Maros Baru.

27 comments:

  1. 1. Kerajaan marusu tdk membawahi kerajaan Tanralili krn karaeng Loe masih keturunan karaeng simbang sedangkan karaeng simbang adalah menantu karaeng bulu ri Tanralili.
    2. Karaeng Tanralili yg tertulis di atas cuman sampai yg ke 5 sedangkan yg ke 6 dan seterusnya bukan karaeng Tanralili krn bukan allasa Turibulu.
    3. kalau ada yg mau menulis sejarah Tanralili agar konfirmasi pada Keturunan SULLEWATAN TANRALILI DI BONTOTANGNGA. ok

    ReplyDelete
    Replies

    1. Leluhur sy berasal dri kerajaan tanralili, namanya i kondang daeng manassa ammempoa rate ri kanjilo, tpi setelah sy baca artikel di atas tdk ada sejarah yg menyebutkan tentang asal usul leluhur sy. Sy hanya mau tau apakah benar yg slama ini di ceritakan oleh ayah dan kakekku benar,.mohon yg lebih tau tentang asal usul leluhur sy tolong di beritahukan.

      Delete
  2. Hrdi jujur : blognya copy paste ya?

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  4. Leluhur sy berasal dri kerajaan tanralili, namanya i kondang daeng manassa ammempoa rate ri kanjilo, tpi setelah sy baca artikel di atas tdk ada sejarah yg menyebutkan tentang asal usul leluhur sy. Sy hanya mau tau apakah benar yg slama ini di ceritakan oleh ayah dan kakekku benar,.mohon yg lebih tau tentang asal usul leluhur sy tolong di beritahukan.

    ReplyDelete
  5. ini plagiat namax menyadur 100 % tulisan org tanpa nenyebut penulisx..ini kejahatan namax..klo mau tahu sejarah maros datang ke rumah baik2 jgn copas bgini...

    ReplyDelete
  6. ini plagiat namax menyadur 100 % tulisan org tanpa nenyebut penulisx..ini kejahatan namax..klo mau tahu sejarah maros datang ke rumah baik2 jgn copas bgini...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Asslm.. Dimana alamatta kak Fachri? Saya ada penelitian tesis tentang Maros. Bisa saya kerumahta? Tabe wassalam. Widya

      Delete
    2. alamatnya di mana y pak fahry??
      oia mw nanya sebelum di copas ma orang yg gk bertanggung jawab di atas pak fahry mngambil data2nya dari mn??
      sedangkan untuk mnulis atau merangkum sejarah kerajaan maros mmbutuhkan bnyak data trmasuk lontarak maros.. sepengetahuan saya nenek/kakek saya masih megang 1 lontarak yg belum pernah di expose kluar, trima kasih.
      salam dari ccu/cicit keturunan dari karaeng patendeng galla'na pakere.

      Delete
  7. Aku masih keturunan asli kerajaan turikale...cuma tinggal dan lahir di Makassar

    ReplyDelete
  8. salam.. apa ada yg bisa bntu kasi info..
    ada yg kenal Puang le'bbang / Karaeng Labbang..
    yg disekitar bantimurung.. sy keturunannya dan pengen info sejarah jika ada yg mengetahuinya.. mksh banyak sebelumnya..

    ReplyDelete
  9. Maaf, Ini tulisan sejarah, bukan cerpen dll,,,khusus bahasan tanralili, tolong diralat, Tidak ada Raja Bone yang bernama La Panuangi To Appamole....MatinroE ri Beula, yang ada adalah Puatta La Panaongi To Pawawoi Sultan Abdullah Mansyur Tuminanga ri Bisei, Raja Bone XXIII, yang bergelar anumerta Matinroe ri Baula adalah Puatta La Padang Sajati Sultan Sulaiman Raja Bone XIX,,,Raja Bone ke XX adalah Puatta Batari Todja Sultanah Zainab, Raja Bone XVIII,XX,XXIV...

    ReplyDelete
  10. Maaf untuk kerajaan lau hukum wilayahnya ralat bikin malu malu saja ini artikel terlalu pintar jadi isinya kadang lebih kadang kurang. Atau memang otaknya kurang encer

    ReplyDelete
  11. Ada lontara di rumah tentang kisah para raja* di maros dan silsila keturunan yg smpai sekarang masih hidup. Maaf tdk tau ka bahasa daerah. Nabilang etta ku klo ad yg mau tau ki kisah para raja* dulu ke rmh mki di Pammelakkang je'ne

    ReplyDelete
    Replies
    1. kak bisa ka minta almt lngkpta ada silsila ktrunan karaeng tanralili yang saya btuhkan

      Delete
  12. Siapa nama karaeng maros yang dikenal cerita buaya putih?

    ReplyDelete
  13. Siapa nama karaeng maros yang dikenal cerita buayah putih?

    ReplyDelete
  14. la ingring daeng masikki mungkin....

    ReplyDelete
  15. Siapa yg kenal puang bau/ karaeng sanabong dia tinggal di daerah kassi kebo mohon info nya Krn keturunannya ingin tau sejarahnya

    ReplyDelete
  16. Siapa yg kenal puang bau Karaeng sanabong tinggal di daerah kassi kebo Krn keturunannya ingin mengetahui sejarahnya

    ReplyDelete
  17. Sy ingin bertanya asal usul kare yunusu

    ReplyDelete
  18. Sy ingin bertanya asal usul kare yunusu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kare Yunusu ini keknya berkaitan dengan kerajaan Tallo deh, ini Kare Yunusu dari kerajaan Simbang ya? Kalau bukan, saya mohon maaf ikut menyahut😅.

      Delete
  19. Sy mau tau asal usul karaeng labbua talibananna

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya ada bukunya, Karaeng Labbua Talibannanna ini masih keturunan dari kerajaan kecil di Je'neponto, Binamu' kalau tidak salah dan juga masih berkaitan darah dengan Syekh Yusuf. Kalau saya tidak salah baca, mungkin dari garis ibu Syekh Yusuf yang merupakan puteri Gallarang Moncongloe.

      Delete
  20. setidaknya.... Sdh bisa di fahami mantap sekali

    ReplyDelete